KONSEP DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada:
Pembina gugusdepan 02.015-02.016 sebagai salah satu syarat untuk pelantikan tanda kecakapan umum pandega
Disusun Oleh:
Achmadi Arief Saputra
GUGUSDEPAN 02.015-02.016
PANGKALAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah proses belajar-mengajar di dunia pendidikan tidak selamanya mengalami kelancaran. Selalu saja ada hambatan dalam proses tersebut. Umumnya hambatan yang terjadi seperti adanya kesulitan belajar dalam diri peserta didik. Kesulitan belajar tersebut akan berdampak pada penurunan prestasi akademik dari peserta didik. Dampak tersebut seyogianya dapat diatasi dengan berbagai cara seperti diadakannya penyelidikan terhadap penyebab kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik agar dapat ditemukan solusi yang tepat dalam menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut. Tindak lanjut yang biasanya dilakukan oleh seorang pendidik salah satunya adalah dengan mengadakan remedial
Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami faktor-faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar.
Dengan melihat hasil belajar peserta didik, guru akan mengetahui kelemahan siswa beserta sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru mengadakan diagnosis siswa tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajarnya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.
Hal inilah yang mendasari diperlukannya sebuah konsep diagnostik kesulitan belajar serta pengajaran remedial yang dilakukan untuk mengatasi salah satu masalah penting di dunia pendidikan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan konsep diagnostik kesulitan belajar yang lebih umunya dikelanl dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnostik /di·ag·nos·tik/ adalah ilmu untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala yang ada.
Sedangkan, diagnosis /di·ag·no·sis/ adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai , yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak.
Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan belajat ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain. Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini berengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain kehidupan mereka. Terkadang seseorang juga mengalami berbagai kesulitan belajar yang saling tumpang tindih, sementara itu yang lainnya ada yang hanya mengalami satumacam kesulitan saja, sehingga hanya sedikit pengaruhnya bagi aspek lain dari kehidupan mereka.
Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
Mengenali kesulitan belajar jelas berbeda dengan mendiagnosis penyakit cacar air atau campak. Cacar air dab campak tergolong penyakit dengan gejala yang dapat dikenali dengan mudah. Berbeda dengan LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) yang sangat rumit dan meliputi begitu banyak kemungkinan penyebab, gejala-gejala, perawatan, serta penanganan. LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) yang memiliki beragam belajar ini, sangatlah sulit untuk didiagnosis dan dicari penyebabnya secara pasti. Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau perawatan yang sanggup menyembuhkan mereka sepenuhnya.
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut LD (Learning Disorder / Gangguan belajar). Sebagian anak mungkin hanya mengalami kesulitan dalam mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang, seseorang memperlihatkan ketidakwajaran dalam perkembangan alaminya, sehingga
Kriteria yang harus dipenuhi sebelum seseorang dinyatakan menderita LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) tertuang dalam buku petunjuk yang berjudul DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar. Yaitu:
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
Siswa-siswi yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
Kesulitan lainnya seperti “gangguan kemampuan motorik” dan “gangguan perkembangan khusus yang belum diklasifikasikan”. Gejala-gejalanya adalah keterlambatan atau keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta motorik yang pada gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk memelajari sesuatu. Tetapi bedanya, ini semua tidak sesuai kriterianya dengan jenis-jenis keterlambatan belajar yang telah kita bahas sebelumnya. Gejala-gejala ini juga mencakup gangguan koordinasi tubuh yang pada gilirannya dapat mengakibatkan buruknya tulisan seseorang, dan begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja serta mengingat.
Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk memerhatikan dan memahami pertanyaannya.
Masing-masing tipe LD (Learning Disorder / Gangguan belajar) didiagnosis dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnosis kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan bunyi bahasa anak-anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta membandingkannya dengan kemampuan anak sebaya mereka yang normal.
Sehubungan dengan gangguan kemampuan atau perkembangan akademis yang mencakup membaca, menulis, dan matematika, maka pengujiannya dilakukan dengan metode uji standar. Kita perlu memperhatikan bahwa penanganan gangguan belajar itu sangatlah berbeda dengan upaya mengejar ketertinggalan pelajaran di sekolah.
Pengetahuan tentang ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah sangat penting dikuasai guru. Pengetahuan itu memberi dasar keterampilan dalam menangani siswa yang sedang menghadapi kesulitan belajar disekolah. Istilah siswa lamban belajar dan berprestasi rendah mengandung pengertian yang tidakjauh berbeda, dua-duanya saling berkaitan satu sama lain. Siswa lamban belajar dan berprestasi rendah adalah siswa yang kurang mampu menguasaipengetahuan dalam batas waktu yang telah ditentukan karena ada faktor tertentu yang mempengaruhinya . faktor itu antara lain disebabkan lemahnya kemampuan siswa menguasai pengetahuan dan eterampilan dasar tertentu pada sebagian materi pelajaran yang harus dikuasai sebelunya. Pengetahuan dan keterampilan dasar itu pada umumnya berkisar pada pelajaran membaca, menulis,dan berhitung. Akibat kelemahan itu, siswa akan selalu menghadapi kesulitan mempelajari pengetahuan lainya , sehingga prestasi yang diperolehnya menjadi rendah bahkan gagal meraih sukses di sekolah, jika tidak ada usaha untuk memperbaikinya.
Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah.rincian analisisnya encakup hal-hal sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses belajar yang dilakukannya. Namun dari hal tersebut Roldan, dalam bukunya Learning Disbailities and Their Relation to Reading, mengemukakan pendapatnya bahwa ciri-ciri uum siswa lamban belajar adalah sebagai berikut.
Ketidaksanggupan siswa lamban belajar dalam menguasai pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya menjadi tidak cocok dengan lingkungan sekelilingnya sehingga mengundang masalah orang-orang di sekitarnya. Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010), kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu:
Berdasarkan penelitian para pakar psikolog, siswa lamban belajar yang disebabkan oleh kerusakan dyslexia, 80% kebanyakan wanita. Penelitian lain mengemukakan bahwa penyebab kerusakan dyslexia adalah terlampau dininya siswa masuk sekolah, di samping faktor keturunan.
Kerusakan lainnya yang mebuat siswa lamban belajar adalah Social defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Gejala-gejalanya adalah:
Berdasarkan hasil penelitian para pakar psikolog bahwa siswa yang tidak sanggup mengembangkan keterampilan sosila dapat dilatih melalui bimbingan guru-gurunya. Ukuran kepercayaan yang tumbuh pada dirinya dapat menjadi alat untuk mengembangkan keterampilan bergaul dalam lingkungannya.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor orang tua:
a) Cara mendidik.
b) Hubungan orang tua dengan anak.
c) Contoh atau bimbingan dariorang tua.
2) Suasana rumah atau keluarga.
3) Keadaan ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin) maupun berlebihan (kaya).
1) Faktor guru:
a) Guru yang tidak berkualitas.
b) Hubungan antara guru dengan siswa yang kurang baik.
c) Guru yang tidak mempunyai kecakapan dalam usaha mendiagnosiskesulitan belajar siswa.
d) Kesulitan belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.
2) Faktor alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran yang bersifat praktikum, akan menimbulkan kesulitan belajar. Karena kesulitan alat, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang dapat menimbulkan kepasifan siswa.
3) Faktor gedung sekolah pada umumnya dan ruang kelas pada umumnya.
4) Faktor kurikulum.
5) Faktor waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar ini dapat berupa sebab-sebab indivdual maupun sebab-sebab yang kompleks.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), remedial /re·me·di·al/ /rémedial/ adalah hal yang berhubungan dengan perbaikan. Sedangkan pengajaran remedial adalah pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek.
Dilihat dari katanya, istilah remedial berasal dari kata remedy (bahasa Inggris) yang berarti obat, memperbaiki atau berhubungan dengan perbaikan (John M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1992 hlm. 476)).
Pengajaran ramedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Kesulitan belajar yang dialami siswa di sekolah bisa bermacam-macam, baik dalam hal menerima pelajaran, menyerap pelajaran, atau kedua-duanya. Setiap siswa pada prinsipnya mempunyai hak untyuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Namun, dalam kenyataannya, jelas bahwa siswa-siswa tersebut memiliki perbedaan, baik dalam kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, maupun pendekatan belajar yang digunakan.
Dalam kaitan ini, kegiatan remedial atau perbaikan dilakukan bukanlah sekedar kegiatan memberikan ulangan-ulangan terhadap bahan-bahan pelajaran pokok yang belum dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas, tetapi lebih jauh dari itu. Kegiatan remedial seyogianya merupakan suatu studi kasus tersendiri yang digunakan oleh guru untuk menangani para siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik kegiatan yang berupa perlakukan pengajaran maupun kegiatan bimbingan yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara optimal.
Oleh karena itu, dalam melakukan diagnosis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, makan setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu:
Dalam hal ini, seorang guru harus senantiasa secara teratur memantau dan menerma informasi tentang kemajuan belajar siswa. Lebih jauh, informasi yang diterimanya itu harus dapat digunakan sebagai diagnosis atau peramalan tentang kondisi belajar siswa.
Informasi yang telah diterima dapat dijadikan umpan balik (feed back) untuk memantau penguatan (reinforcement) yang dimiliki oleh siswa dalam setiap unit pembelajaran, mengakui apakah siswa itu sedah belajar dengan baik atau belum, dan mengidentifikasi siswa-siswa yang ternyata mengalami kesulitan belajar.
Namun, feed back semata tidaklah menolak siswa untuk dapat memperbaiki kondisi belajar mereka. Untuk memperbaiki hal ini, diperlukan kegiatan perbaikan yang menawarkan program bimbingan dan perbaikan (remedial) untuk mengoreksi kesalahan belajar siswa dan memperbaiki atau membantu mengatasi kesulitan (masalah) belajar yang mereka alami.
Secara rinci, tujuan pengajaran ramedial adalah:
Fungsi ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi dan lain-lain.
Bearti bahwa dengan remedial memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehesif mengenai pribadi siswa.
Berarti bahwa pengajaran ramedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya.
Fungsi ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler, akan dapat diperoleh melalui pengajaran ramedial.
Fungsi ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efesien.
Fungsi ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial secara langsung atau tidak akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukan adanya penyimpangan.
Implikasi Konsep Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial Terhadap Pembelajaran Jurusan
Dari dulu hingga sekarang, sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa mata pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit dan terkadang membuat mereka mengalami kesulitan belajar. Hal inilah yang membuat diperlukannya pemahaman seorang calon pendidik di jurusan pendidikan kimia untuk mampu menyelidiki hingga mencari solusi dalam menghadapi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran kimia. Dalam hal ini dapat dilakukan pendekatan berupa diagnosis kesulitan belajar siswa. Karena sebenarnya kesulitan belajar pada diri siswa tersebut bukan hanya berasal dari dalam diri siswa (internal), namun banyak faktor lain yang berasal dari luar siswa (eksternal) yang harus dipahami oleh seorang calon pendidik.
Kesulitan belajar di pelajaran kimia yang dialami siswa sebenarnya dapat diminimalisir dengan konsep diagnostik kesulitan belajar yang dibahas dalam makalah ini. Selain itu, sebagai solusi dari masalah kesulitan belajar siswa salah satunya adalah pengajaran remedial. Kegiatan remedial seyogianya merupakan suatu studi kasus tersendiri yang digunakan oleh guru untuk menangani para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Maka dari itu, seorang calon pendidik di jurusan pendidikan kimia juga harus memahami cara menanamkan pengajaran remedial agar remedial itu benar-benar dapat menangani masalah kesulitan belajar pada siswa pada mata pelajaran kimia.
BAB III
PENUTUP
Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak. Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar. Yaitu:
Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal.
Faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal (dari dalam diri peserta didik, baik fisik maupun psikis) dan faktor eksternal (seperti faktor keluarga, sekolah, media massa).
Pengajaran ramedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Kegiatan remedial seyogianya merupakan suatu studi kasus tersendiri yang digunakan oleh guru untuk menangani para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Memahami konsep diagnostik kesulitan belajar serta pengajaran remedial juga sangat penting bagi para calon pendidik yang akan terjun langsung ke dunia pendidikan dan menghadapi masalah tersebut.
Konsep diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu cara yang disarankan penulis untuk mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Hal ini disebabkan karena konsep diagnostik kesulitan belajar ini menggunakan metode pendekatan yang memang cukup efektif menjadi solusi untuk masalah tersebut. Konsep diagnostik kesulitan belajar dan pengajaran remedial juga disarankan penulis untuk dipahami oleh calon pendidik yang akan terjun langsung ke dunia pendidikan dan menghadapi masalah kesulitan belajar pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Ebta Setiawan. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia [online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/. (27 Februari 2016)
Holt, John. 2010. Mengapa Siswa Gagal. Jakarta:Erlangga.
Mukhtar dan Rusmini. 2001. Pengajaran Ramedial. Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Fifa Mulia Sejahtera
Purwanto, M. Ngalim. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Sugihartono. dkk. 2007. Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Widoyoko, S. Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Wijaya, Cece. 2010. Pendidikan Remidial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wood, Derek. dkk. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta:Katahati.
Citrafinna01-03-2016jumatjam9.45 https://www.academia.edu/6855054/BAB_I_PENDAHULUAN